Waimital Dan Kenangan

Sore itu langkah terayung dengan asa
Menuju tempat peristirahatan anak – anak yang suka bergembala
Aku merasakan sentuhan angin yang rama menyapa tubuhku
Seperti ada pelukan hangat seorang kawan
Sejenak kubiarkan pelukan itu dalam hati saja
Lalu ku penuhi rasa penarasan dengan sentuhan disetiap sudut rumah
Barangkali jiwaku bisa menyatu

Sore itu aku melihat kenangan dimata anak-anak yang telah dewasa
Ada bahagia, sedih, rindu dan harapan untuk membenah
Aku juga menyaksikan tawa seorang wanita yang mengaku saksi para gembala sapi
Sepertinya aku mengerti, bahwa itu bukan tawa biasa
Tapi rindu bercampur bahagia  yang telah lama dinanti
Dia hanya menipu mata ini dengan senyum lebar
Supaya Kristal-kristal bening itu tidak membasahi wajahnya

Sore itu aku di Waimital dan alam saksinya
Aku tak punya kenangan masa lalu disitu
Tapi akan jadi kenangan untuk masa mendatang
Seperti halnya anak-anak yang pernah tersesat di hutang
Telah membuat sejarah yang disaksikan saat ini
Meski tak banyak yang tahu, tapi aku mengerti arti kerinduan
Waimital dan kenangan, sebab itu kami datang.

R. Leikawa
Kapal Fery-Waipirit, 4 Juni 2016

Pesona Tradisi Morella di Bulan Ramadhan

Hantaran Langansa di Negeri Morella

Hantaran Langansa di Negeri Morella

Kali ini saya masih bersemangat menulis tentang tradisi Ramadhan di Negeri Morella, seperti pada tulisan saya sebelumnya tentang Budaya Hadrat di Negeri Morella Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku yang merupakan perpaduan Budaya Arab, Eropa dan Melayu , nah kali ini saya ingin mengangkat lagi satu tradisi yang juga sering dilakukan pada bulan Ramadhan, yakni tradisi Malam Tujuh Lekur.

Seperti yang kita ketahui bahwa Ramadhan adalah bulan penuh berkah, bulan mulia dan semua umat muslim di jagat raya ini memuliakannya dengan cara masing masing sesuai dengan adat dan tradisi yang sudah turung temurung.

Ada yang memanfaatkan waktunya untuk beribadah penuh di rumah dan Mesjid, ada yang suka bersedeqah dan lain sebagainya, tujuannya hanya untuk mendapat pahala semata.

Di Negeri Morella pun juga demikian, pendudukanya yang 100% muslim juga melaksanakan kewajiban-kewajiban itu. Dan juga melakukan tradisi adat yang sudah turung temurung, salah satu tradisi yang sering dilakukan tiap malam 27 Ramadhan adalah tradisi Malam Tujuh Lekur atau sering disebut Malam Langansa

Beragama Makanan dan Buah-buahan untuk Langansa di Negeri Morella

Beragama Makanan dan Buah-buahan untuk Langansa di Negeri Morella

Malam Tujuh Lekur atau malam Langansa adalah salah satu tradisi budaya Morella yang dilaksanakan untuk menyambut malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.

Sementara pengertian Langansa adalah Makanan atau buah-buahan ditaruh pada wadah, yang terbuat dari pelapah sagu (gaba-gaba), kemudian diantar ke Mesjid oleh para wanita . Malam Langansa di laksanakan pada malam 27 Ramadhan, dengan tujuan untuk menyambut Malam Lailatul Qadar.

Proses malam Langansa dimulai dari pengumpulan makanan dan buah-buahan oleh warga di setiap rumah Penghulu Mesjid, Tokoh-toko Adat dan Raja Negeri Morella (Kepala Desa), kemudian dihantarkan ke Masjid oleh para gadis dan juga Ibu-ibu usai ba’da Sholat Magrib. Setelah semuanya terkumpul di Mesjid, maka diadakan tarian dan nyanyian Hadrat oleh para pria sampai selesai, dalam syair Hadrat itu sendiri berisi zikir dan shalawat kepada Nabi, kemudian hantaran makanan dan buah-buahan tadi dibagi-bagikan lagi ke peserta hadrat dan anak-anak namun diprioritaskan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Usai proses langansa barulah dilanjutkan dengan Sholat Isya dan Tarawi.

Tarian dan nyanyian Hadrat

Tarian dan nyanyian Hadrat saat malam  Langansa di Negeri Morella

Seperti pada tulisan saya sebelumnya tentang Hadrat, bahwa Negeri Morella di setiap bulan Ramadhan, warga melaksanakan nyanyian Hadrat keliling kampung tujuannya untuk membangunkan sahur, dengan shalawat dan zikir yang dilantungkan benar-benar menghipnotis jiwa yang khusyu mengikutinya. Begitulah Rupa-rupa tradisi Ramadhan di Negeri Morella, hingga saat ini tradisi itu masih dijaga keasliannya, bahkan sampai lebaran pun masih banyak lagi tradisi-tradisi unik dan menarik lainnya, so tunggu ulasan saya berikutya. (RL)

Indahnya Ramadhan bersama Anak Yatim di Panti

oleh: Rusda Leikawa

Buka Puasa Di Panti Asuhan Al-khirat Ambon

Buka Puasa Di Panti Asuhan Al-khirat Ambon

Sabtu, 12 September 2009, Puji syukur bisa merasakan indahnya buka puasa Ramadhan di Panti Asuhan Melati Al-Khirat Galunggung Ambon. Suasana bahagia, Damai, tentram menyelimuti para mahasiswa kimia FMIPA Unpatti setelah sesampainya di bangunan Yang cukup sederhana untuk ditempati itu.

Sambut  hangat dengan penuh cita dan senyum manis dari anak-anak Panti itu membuat hati terasa  tentram… oh betapa Bahagianya.

Kami Mahasiswa Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam  (MIPA) yang tergabung dalam Majelis Taklim Al-Kimia, sengaja mengadakan buka puasa bersama dengan anak-anak Yatim di Panti asuhan Al-Khirat Galunggung Ambon, hal ini dilakukan bukan hanya untuk menjalangkan program semata namun untuk terciptanya hubungan silaturrahmi, serta proses pembelajaran bagi mereka yang selama ini hidup dalam kemewahan, bahwa betapa pentingnya kita mencintai Anak-anak Yatim sebagaimana dalam Alquran  Surah An Nisaa’ Ayat 10

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara lalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”

Selain buka bersama, silaturahmi dan dialog dengan warga Panti kami juga memberikan beberapa bingkisan kepada anaka-anak Panti yaitu Al-Qur’an serta Terjemahannya. Semoga gerakan sosial dan kesetiakawanan di bulan Ramadan ini makin meningkat.

Mahasiswa MIPA Kimia Unpatti

Mahasiswa MIPA Kimia Unpatti

Kumpul Bareng Sama Anak Panti

Kumpul Bareng Sama Anak Panti

@@@

@@@